berlian bintang keluarga
Minggu, 06 Januari 2013
Minggu, 28 Oktober 2012
Inspirasi Berlian
"Menjadi Berlian dalam Keluarga"
kisah perjalanan hidup seorang
pengusaha sukses di negeri ini. Chairul Tanjung, adalah pemilik beberapa
perusahaan besar seperti stasiun televisi swasta ( Trans TV), Trans Studio,
hotel, bank, dan terakhir kabarnya menjadi salah salah satu pembeli
10% saham perusahaan penerbangan papan atas Indonesia ( Garuda ) dsb dll.
Untuk menuliskan ekstrak sebuah buku
setebal 384 halaman tentu tidak cukup mudah. Namun di sini saya ingin berbagi
sedikit kisah yang semoga bermanfaat bagi Anda yang belum sempat membaca buku
tersebut ( sejujurnya, saya berharap sahabat semua menyempatkan untuk
membacanya suatu saat nanti). Maka, saya coba menuangkan beberapa kenangan masa
kanak-kanak hingga masa kuliah saja, segera setelah saya selesai membacanya,
hari ini.
Chairul Tanjung kecil melalui
hari-hari penuh keceriaan sebagai anak pinggiran kota Metropolitan. Bermain
bersama teman-teman dengan membuat pisau dari paku yang digilaskan di roda rel
dekat rumahnya di Kemayoran, adalah kegiatan seru yang menyenangkan. Juga
bersepeda beramai-ramai di akhir pekan ke kawasan Ancol, sambil jajan penganan
murah, buah lontar.
Kelas 1 hingga kelas 2 SD sekolah
diantar jemput oleh Kak Ana, seorang sanak keluarga dari Sibolga, dengan naik
oplet. Selanjutnya kelas 3 SD sudah bisa pulang-pergi sekolah sendiri.
Saat usia SMP, Bapaknya ( Abdul
Gafar Tanjung ) yang saat itu telah mempunyai percetakan, koran, transportasi
dll gulung tikar dan dinyatakan pailit oleh pemerintah karena idealismenya yang
bertentangan dengan pemerintah yang berkuasa saat itu ( Soeharto). Sang ayah
adalah Ketua Partai Nasional Indonesia (PNI) Ranting Sawah Besar. Semua
koran Bapaknya dibredel. Semua aset dijual hingga tak memiliki rumah satu pun.
Mungkin demi gengsi, di awal-awal,
Bapaknya menyewa sebuah losmen di kawasan Kramat Raya, Jakarta untuk tinggal
mereka sekeluarga. Hanya satu kamar, dengan kamar mandi di luar yang kemudian
dihuni 8 orang. Kedua orang tua Chairul, dan 6 orang anaknya, termasuk Chairul
sendiri.
Tidak kuat terus-menerus membayar
sewa losmen, mereka kemudian memutuskan pindah ke daerah Gang Abu, Batutulis.
Salah satu kantong kemiskinan di Jakarta waktu itu. Rumah tersebut adalah rumah
nenek Chairul, dari ibundanya, Halimah.
Ibunya adalah
sosok yang jarang sekali mengeluhkan kondisi, sesulit apapun keadaan keluarga.
Namun saat itu, Chairul melihat raut wajah ibunya sendu, tidak ceria dan tampak
lelah. Setelah ditanya, lebih tepatnya didesak Chairul, Ibunya baru berucap : ”Kamu
punya sedikit uang, Rul? Uang ibu sudah habis dan untuk belanja nanti pagi
sudah tidak ada lagi. Sama sekali tidak ada”.
( Tidak
diceritakan lebih jelas akhirnya mendapat solusi dari mana, namun kita bisa
tahu bahwa di usia SMP, Chairul sudah menyadari bagaimana kesulitan orang
tuanya, bahkan untuk makan sehari-hari. Dan Ibunya adalah sosok yang sangat
tabah menjalani kerasnya kehidupan).
Langganan:
Postingan (Atom)